Jumat, 06 Mei 2016

PERAN ORANG TUA DAN GURU SEBAGAI MITRA DALAM PENDIDIKAN NILAI DAN SPIRITUAL MASYARAKAT INDONESIA


(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiq91ylvPA7BNDMdy_e-053ysQA00iKiWdQvIoPbLzL_9DGJ2Cf9NnPPGckfyAs-xW_vbSjo7pFfmG5zB8v3XFE2GJDVDaDaKjOpwGFlVgULAykEgKVp_9u3-6HSnGb10qa-fqH8kbM9s/s1600/peran+orang+tua+terhadap+anak.jpg)

Hal yang kita cita-citakan bagaimana masyarakat Indonesia menjadi masyarakat  yang berbudi  peketi, berahlaq mulia dengan berprilaku berdasarkan Nilai dan Norma sehingga mencerminkan  melakukan hal-hal yang positif yang akan direalisasikan dengan tindakan namun  kondisi masyarakat Indonesia pada saat ini menunjukan  bahwa telah terjadi  suatu keguncangan yang mengerikan dalam perkembangan  peradaban b angsa kita. Nilai –nilai fundamental seperti penghargaan atas hak  hidup seseorang ternyata sudah tidsk lagi dijadikan  landasan dalam bertindak oleh berbagai kelompok masyarakat di wilayah Indonesia  
Kondisi  yang   sangat menyedihkan   tersebut masih ditambah  dengan merosotnya   moralitas sebagian masyarakat dalam bentuk ketergantungan  pada Narkotika  dan obat terlarang, Norma-norma hubungan pria dan wanita juga sering dilanggar. Demikian juga nilai-nilai kejujuran seakan-akan telah terkubur  oleh kebohongan dan tipu daya
Hal ini disebabkan oleh merostosnya nilai moral maupun spiritual masyarakat Indonesia sehingga melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia yang berbudi dan berahlaq mulia
Namun  kita tidak boleh putus asa dalam  menghadapi  berbagai   permasalahan   yang merusak moral, kita harus   senantiasa  berusaha untuk mengatasi  permasalahan tersebut tentunya dengan cara yang efektif  maupun secara batin memperbanyak amalan saleh, meminta   ampun kepada Allah SWT,  tetapi   upaya ini tidak tidak hanya cukup apabila dilakukan oleh masyarakat Indonesia oleh karenanya diperlukannya  peran Orang tuan dan Guru sebagai mitra  dalam   pendidikan   Nilai dan Spiritual, karena pendidikan yang   pertama ialah di keluarga kemudian dilanjutkan di sekolah secara formal
Pendidikan nilai dan spiritual di lingkungan keluarga dan sekolah   memang memerlukan suatu yang inovasi untuk mengatasi permasalahan yang kita hadapi karena suatu permasalahan   yang besar   hanya   bisa terselesaikan  secara bersama-sama oleh karenanya pendidikan  orang tua dan Guru memegang peranan penting  sebagai  mitra  dalan pendidikan Nilai dan Spiritual
Kerjasama antara sekolah dan guru perlu ditingkatkan sebagai mitra dalam merubah pendidikan   nilai dan spiritual  masyarakat Indonesia  supaya tidak terjadi kontradiksi antara pendidikan oang tua dan Guru antara nilai-nilai yang harus dipegang teguh dan yang harus mereka ikui, maka ketika terjadi konflik nilai, maka akan kebingungan sehingga tidak memeiliki pegangan nilai yang menjadi acuan mereka, dalam pengaruh dari luar
Yang  menjadi pertanyaan  pola kemitraan yang bagaimana anatara Orang tua dan Guru  dalam  pendidikan  Nilai  dan spiritual  agar tidak  terjadinya  tumpang  tindih  dalam  pendidikan  orang  tuan  dan Guru,  tentunya  pendidikan  ini dilakukan  dengan  cara  yang  bersahabat  tidak  terlalu  formal  maupun  berupa  mendataan  surat  perjajian  antara  Guru  dan  orang  tua  namun  bagaimana  pendidikan  orang tuan dan Guru terjadi  persahabatan  dengan  cara  alami  dan  berkesinambungan  sehingga berjalan  dengan  meriringan  menyatukan  langkah  dalam   mendidik  putra  putrid  bangsa  Indonesia  dengan  menciptakan  suasana  yang  kondusif  dengan  memberikan  kenyamanan  baik  dalam  pendidikan  orang tua maupun  Guru 
Suasana di sekolah dan di rumah  akan berdampak  bagaimana anak merealisasikan nilai tersebut  ketika  suasana di rumah tentram memberikan kedamaian pada anak maka dipastikan anak tersebut  akan senantiasa melakukan  pekerjaan rumah maupun disekolah dengan sebaik-baiknya  bahkan tidak hanya itu anak akan merasa sukarela  menerima nilai- nilai positif dengan merealisasikannya dengan tindakan mereka sebaliknya ketika anak tidak merasa nyaman makan dipastikan berdampak pula pada tingkah laku mereka disekolah maupun dirumah dan mengabaikan nilai-nilai positif dan menanamkan nlai-nilai negative yang menjadi pegangan mereka [1]
Sehingga bagaimana dengan kemitraan peran orang tua dan Guru dalam mendidik niai spiritual dengan ini bagaimana seharusnya  kehdupan dan suasana dirumah juga dikembangkan di sekolah seperti komunikasi terbuka antara keluarga dilandasi dengan kasih saying, dorongan untuk mencapai yang terbaik sesuai dengan kemampuan masing-masing senantiasa diberikan oleh orang tua dan bekerjasama secara iklas perlu dijadikan kebiasaan dalam keluarga, dengan demikian anak-anak akan menggunakan nilai yang tidak kontradiktif ketika berada di sekolah dan ketika tinggal dirumah
Begitupun bagimana Nilai-nilai positif disekolah juag hendaknya dikembangkan di rumah tentunya melalui diskusi anataran kepala sekolah dan  wali murid, caranya tidak hanya melalui tatap muka tapi bisa dengan cara membagikan brosur sehingga komunikasi tertulis ini sedapat mungkin bisa dikembangkan agar pihak sekolah dan orang tua mudah untukmelakukan perubahan secara bersama-sama terkait pendidikan Nilai dan Spiritual
Sehingga dengan ini peran Orang tua dan Guru sebagai mitra pendidikan Nilai dan Moral Masyarakat Indonesia sangat berperan penting dalam mengahadapi permasalahan dengan cara bekerjasama antara Orang tua Dan Guru memberikan pendidikan yang meriringan agar anak mudah untuk meralisasikan nilai yag menjadi pegangannya dalam kehidupannya.

Daftar pustaka

1.  1.     Zuchdi, Darmiyati.2009. Humanisasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara

Rabu, 27 April 2016

REALITA DIBALIK RITUAL KEMATIAN ADAT SUKU SASAK

(http://berita.suaramerdeka.com/konten/uploads/2015/03/melayat-400x241.jpg)

Barbagai kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat karena masyarakat yang satu dengan masyarakaat lainnya tidak pernah memiliki satu kebudayaan yang sama persis atau dengan kata lain terdapat kebudayaan yang selalu berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.
Oleh karena itu, penulis mencoba mengangkat satu tema kebudayaan yang ada dalam masyarakat Sasak di Lombok. Kebudayaan di Lombok sangat beranekaragam, mulai adat bagaimana upacara ketika melahirkan, perkawinan, ritual agama, keseharian, sampai dengan upacara saat kematian.
Akan tetapi disini saya akan menganngkat dalam upacara kematian adat sasak dengan berbagai suber refrensi melalui wawancara dengan tokoh adat sasak khususnya didesa saya
Dalam hal upacara kematian, masyarakat Sasak memiliki tradisi yang cukup unik yang tentunya tidak ada dalam masyarakat suku lain di Indonesia. Mulai ketika hari pertama meninggal (jelo mate) sampai hari kesembilan (nyiwak) dan hari-hari selanjutnya.
Dalam siklus kehidupan manusia, peristiwa kematian merupakan akhir kehidupan seseorang di dunia. Masyarakat meyakini kehidupan lain setelah kematian. Di beberapa kelompok masyarakat dilakukan persiapan bagi si mati. Salah  satu peristiwa  yang harus  dilakukan adalah penguburan. Penguburan meliputi perawatan mayat termasuk membersihkan, merapikan, atau mengawetkan mayat:
Upacara adat kematian yang dilaksanakan sebelum acara penguburan meliputi beberapa tahapan yaitu:
Di umumkan oleh marbot,biasanya dalam pengumuman ini disebutkan nama yang meninggal,tempat tinggal,hari jam meninggal,dan jam akan dikuburkan
Masyarakat Sasak Lombok pada umumnya menganut agama Islam masyarakat berdatangan baik dari desa tersebut atau desa-desa yang lain yang masih dinyatakan ada hubungan famili, kerabat  persahabatan dan handai taulan. Kedatangan masyarakat ke tempat acara kematian tersebut disebut langar (Melayat).
Tradisi belangar bertujuan untuk menghibur teman, sahabat yang di tinggalkan  mati oleh keluarganya selain itu juga penghormatan terakhir bagi si almarhum , Mereka biasanya membawa beras seadanya guna membantu meringankan beban yang terkena musibah hal ini bentuk rasa empati masyarakat terhadap orang yang terkena musibah.
Dalam pelaksanaannya, apabila yang meninggal laki-laki maka yang memandikannya  adalah laki-laki, demikian sebaliknya apabila yang meninggal perempuan maka yang  memandikannya adalah perempuan. Perlakuan pada orang yang meninggal tidak dibedakan meskipun dari segi usia yang meninggal itu baru berumur sehari. Adapun yang memandikan itu biasanya tokoh agama setempat selain itu juga  biasanya pihak keluarga  yang ikut serta dalam memandikan almarhum Adapun macam air yang digunakan adalah air sumur maupun air PDAM juga biasanya pemandian ini ditutupi menggunakan kain putih selain itu dilubangi dibawah tempat pemandian almarhum, hal yang harus dipersiapkan dalam pemandian almarhum biasanya Daun Gol,cendane,kapur barus,sabun,dan sampo Setelah di mandikan mayat dibungkuskan pada acara ini, biasanya si mayit di taburi keratan kayu cendana atau cecame,kapas, dan parpum yang tidak beralqohol yang membungkus almarhum biasanya orang yang tau tata caranya dan perlengkapan yang digunakan oleh karenanya tidak sembarangan orang yang melakukan pekerjaan ini.
Adapun upacara-upacara yang dilaksanakan sebelum penguburan meliputi beberapa persiapan yaitu:
a)      Setelah seseorang dinyatakan meniggal maka orang tersebut dihadapkan ke kiblat. Di ruang tempat orang yang meninggal dibakar kemenyan dan dipasangi langit-langit  (bebaoq) dengan menggunakan kain putih (selempuri) dan kain tersebut baru boleh dibuka  setelah hari kesembilan meninggalnya orang tersebut. Selesai dibungkus si mayat disalatkan di rumah oleh  keluarganya sebagai salat pelepasan, lalu dibawa ke masjid atau musala.
b)      Pada hari tersebut (jelo mate) diadakan unjuran sebagai penyusuran bumi (penghormatan bagi yang meninggal dan akan dimasukkan ke dalam  kubur)
Upacara ini dilakukan keluarga untuk doa keselamatan arwah yang meninggal dengan harapan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, selain itu keluarga yang ditinggalkan tabah menerima kenyataan dan cobaan.
     Upacara nyiwaq dan begawe dengan persiapan sebagai berikut:
a)Mengumpulkan kayu bakar.
Kayu biasanya dipersiapkan pada hari nelung (hari ketiga)  dan  mitu (hari ketujuh) dengan cara perebaq kayu (menebang pohon).
b)      Pembuatan tetaring.
Pembuatan tetaring terbuat dari daun kelapa yang dianyam dan digunakan sebagai tempat para tamu undangan (temue) duduk bersila.
c)      Penyerahan bahan-bahan begawe.
Peyerahan dari epen gawe (yang punya gawe) kepada inaq gawe. Penyerahannya ini dilakukan pada hari mituq. Kemudian inaq gawe menyerahkan alat-alat upacara.
d)     Dulang Inggas Dingari
Disajikan kepada Penghulu atau Kyai yang menyatakan orang tersebut meninggal dunia. Dulang inggas dingari ini harus disajikan tengah malam kesembilan hari  meninggal dengan maksud bahwa pemberitahuan bahwa besok hari  diadakan upacara sembilan hari.
e)      Dulang penamat
Adapun maksudnya simbol hak milik dari orang yang meninggal semasa hidupnya harus diserahkan secara sukarela kepada orang yang berhak mendapatkannya.   kemudian  semua keluarga dan undangan dipimpin oleh Kyai melakukan do’a selamatan untuk arwah yang meninggal agar diterima Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan mengikhlaskan kepergiannya.
f)       Dulang talet Mesan (Penempatan Batu Nisan)
Dimaksudkan sebagai dulang yang diisi dengan nasi putih, lauk berupa burung merpati dan beberapa jenis jajan untuk dipergunakan sebelum nisan dipasang oleh Kyai yang memimpin do’a yang kemudian dulang ini dibagikan kepada  orang yang ikut serta pada saat itu. Setelah berakhirnya upacara ini selesailah upacara nyiwak.

    Adapun nilai yang terkandung dalam prosesi adat kematian suku sasak dengan penjabaran nilai social, religi, pendidikan, maupun ekonomi
Dilihat dari nilai sosialnya yang berkaitan dengan prosesi kematian suku sasak pada dasarnya nilai sosial ini ada disetiap prosesi kematian karena didalam prosesi kematian ini adanya keterlibtan masyarakat dengan rasa empati,kepedulian yang erat dan saling tolong menolong sesama masyarakat dengan keluarga yang ditinggalkan contohnya saja apa prosesi belangar,pengkumuran,mituk,maupun sampai nyiwaq dengan ini membuktikan adanya nilai social yang erat yang kemudian menjadi kebiasaan antara masyarakat tidak perlu untuk dipanggil tapi kesadaran masing-masing mengapa demikian karena kesadaran mereka  bahwa mereka pasti akan diposisikan seperti almarhum entah kapan hanya Tuhan yang tau sehingga kalo ada masyarakat tidak ikut mengkuburi,maupun menyolati almarhum maka akan menjadi pembicaraan masyarakat umum.
    Sedangkan berkaitan  dengan nilai  religinya pada prosesi kematian adat sasak dapat kita lihat dari prosesi pemandiannya harus ditutup dengan kain putih nilai religi nya kain putih ini mendakan kesakralan,suci,selain itu yang terpenting kain putih ini menandkan agar hal-hal negative maupun menangkal  roh-roh jahat tidak ikut serta (seperti leaq )
Sedangkan dilihat dari nilai pendidikannya dapat terlihat bagaiamana dari setiap prosesi kematian adat sasak mengajarkan bagaimana bermasayarakat kepedulian yang erat antar masyarakat salaing  menghargai tolong menolong contohnya dalam pengkuburan bagaiamana masyarakat setempat bergotong royong untuk mencari bamboo yang dipotong kemudian sksn digunakan pada saat prosesi pengkuburan  almarhum inilah nilai pendidikan yang secara tidak langsung sudah diajarkan kemudian berkaitan dengan nilai langsungnya bagaimana masyarakat diwajibkan ikutserta dalam menyolatkan mayat sesuai ajaran Nabi SAW.
    Sedangkan yang terakhir berkaitan dengan nilai Ekonominya dari prosesi adat kematian suku sasak ini tidak ada
Berkaitan dengan tata cara pegajarannya hal ini sudah menjadi kodrat dan dilakukan oleh orang-orang  terdahulu yang kemudian sampai saat ini masih digunakan selain itu juga merupakan ajaran Nabi SAW sehingga secara tidak langsung akan muncul rasa kesadaran yang ada pada masyarakat untuk ikut serta dalam prosesi kematian

    Bahwa adat kematian suku sasak yang saat ini masih dipertahankan mengandung makna maupun nilai setiap acara yang dilakukan oleh karenanya yang namanya adat maupun budaya harus dipertahankan kaarifan localnya karena budaya itu sendiri hadir oleh masayarakat dan masyarakatlah yang melakukannya dibalik ini semua menyadarkan saya bahwa berbagai macam  budaya yang dimiliki masyarakat khususnya suku sasak

Jumat, 15 April 2016

TUMIS KANGKUNG SEBAGAI OBAT INSOMNIA




            Berbicara mengenai sayur mayur  tidak ada habisnya banyak kelezatan yang tersembunyi dibalik sayur mayur,tidak hanya kelezatannya saja akan tetapi vitamin yang terkandung didalamnya membangunkan gairah orang untuk menikmati sayur mayur tidak ketinggalan pula sayur yang satu ini yang mudah didapatkan dan harganya terjangkau apalagi kalo bukan sayur kangkung atau orang biasanya membuat dalam tumis kangkung tapi orang tidak mengetahui  manfaat dari Tumis kangkung tersebut sebagai Obat Insomnia
Penyakit Insomnia ini kerap sekali diderita oleh kalangan orang hal ini  menjadi ketidaknyamanan karena  harus merelakan waktu istirahat dengan susah tidur meski ada waktu atau keinginan tapi sulit selama hal ini tetap dibiarkan maka akan berdamfak fatal juga bagi kesehatan karena normalnya orang tidur selama 8 jam perhari belum lagi malamnya susah tidur hal ini akan berdamfak pada kebugaran tubuh bila ini dibiarkan terus menerus makan tubuh menjadi tidak fit tapi jangan khawatir bagi yang Insomnia disini saya punya solusi untuk mengatasinya apa lagi kalo bukan mengkonsumsi Tumis Kangkung kebnyakan orang hanya memandang sebelah mata dari tumis kangkung tidak melihat fakta yang terkuak dibalik tumis kangkung masyarakat hanya beranggapan Tumis Kangkung  menyebabkan sulit berfikir,menjadi malas tapi tidak menyadari sayur yang mudah kita dapatkan sekaligus proses pembuatannya pula bisa berbagai macam seperti Pelecing,Pecel,Urap,maupun makanan lainya bisa juga sebagai pengobatan seperti mengobati Insomnia karena kangkung terkenal dengan penyebab  orang kantuk hal ini bisa dijadikan solusi bagi orang yang mempunyai Insomnia Akut  dari kekurangan tersebut dapat dijadikan alternative pengobtan selain itu juga kangkung bisa membuat berfikir jerdas memang masyarakat terbiasa menganggap Tumis Kangkung membuat Malas,susah berfikir karena masyarakat sendiri tidak mengatahui apa yang tekandung didalam sayuran kangkung tesebut seperti Omega 3 yang membantu kualitas otak
Hal ini lah bagaimana merubah menset masyarakat yang beranggapan  satu sisi saja dibalik itu semua banyak fakta yang terkuak bahwa kangkung dapat sebagai obat Insomnia dan dapat merangsang pertumbuhan otak.

Jumat, 08 April 2016

Lunturnya Nilai Budaya Sasak Sebagai Kearifan Lokal



(http://static.republika.co.id/uploads/images/kanal_slide/tradisi-nyongkolan-_140826192645-935.JPG)
Karakteristik budaya local mengandung nilai-nilai luhur memiliki sumber daya kearifan, di mana pada masa-masa lalu merupakan sumber nilai dan inspirasi dalam strategi memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan diri dan merajut kesejehteraan kehidupan mereka. Artinya masing-masing etnis itu memiliki kearifan lokal sendiri, seperti etnis Lampung yang dikenal terbuka menerima etnis lain sebagai saudara (adat muari, angkon), etnis Batak juga terbuka, Jawa terkenal dengan tata-krama dan perilaku yang lembut, etnis Madura dan Bugis memiliki harga diri yang tinggi, dan etnis Cina terkenal dengan keuletannya dalam usaha. Demikian juga etnis-etnis lain seperti, Minang, Aceh, Sunda, Toraja, Sasak, Nias, juga memiliki budaya dan pedoman hidup masing yang khas sesuai dengan keyakinan dan tuntutan hidup mereka dalam upaya mencapai kesejehtaraan berasma. Beberapa nilai dan bentuk kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya dan kepercayaan yang ada sebagian bahkan sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam proses pembangunan kesejahteraan masyarakat.
Namun kita melihat realita sudah merosotnya nikai-nilai kebudayaan sasak dengan hadirnya budaya baru ambil saja contoh pada persepsi pernikahan budaya sasak yaitu Nyongkolan,bagai membalik telapak tangan nilai kebudayaan nyongkolan sudah mulai merosot dengan adanya music-musik Rege yang sebenarnya Nyongkolan dalam susku sasak diiringi dengan apa yang dinamakan Gambelan Beleq cirri khas dengan pakaian Lambung,namun hal ini hilang sekejap bak ditelan bumi karena adanya cultur budaya asing untuk mengatasi permasalahan ini perlunya ada kesadaran bagi masyarakat sendiri pentingnya membudidayakan budaya asli kesasakannya selaian itu sosialisasi dari kelompok ke kelompok lain untuk membangkitkan bersama-sama memelihara cirri khas kesasakannya
Sangat disayangkan cultur yang dimiliki yang dibangun secara bersama-sama hilang sejenak dengan perkembangan jaman dampak dari modernisasi dan globalisasi memang perubahan itu perlu tetapi dengan catatan tidak menghilangkan cirri khas dari kesasakannya namun kita liat realitanya yang semestinya nyongkolan dalam adat sasak meggunakan Gendang Beleq dengan baju lambung akan tetapi berbalik dari culture keasliannya dengan menggunakan lagu Rege menggunaka Gaun hal inilah yang dimaksud pengaruh budaya luar dratis menggubah budaya keaslian sasaknya bahkan nilai-nilai dari Nyongolan itu hilang dengan nilai kebersamaan nilai kepedulian dengan menandakan bahwa membelai laki-laki dan perempuan sudah sah melalui Nyogkolan yang diiring oleh music Gendang Beleq sesuai culture aslinya
Hal inilah perlu pembenahan bagaimana masyarakat mempunyai kesadaran tersendiri bahwa perlunya membudidayakan memelihara culture aslinya sehingga tidak goyah dengan adanya budaya yang masuk selain itu keharmonisasian dalam masyarakat sasak juga sangat perlu dimana adanya saling memperkukuh jika ada oknum-oknum yang memang berniat untuk menghacurkan budaya yang kita miliki,tak kalah penting adanya pula sosialisasi agar mempererat rasa tanggungjawaab bersama untuk memperkukuh menjaga kelestarian kearifan local yang dimiliki oleh suku sasak karena pada dasarnya
Kearifan lokal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan mereka, sehingga prinsip ini mentradisi dan melekat kuat pada kehidupan masyarakat setempat. Meskipun ada perbedaan karakter dan intensitas hubungan sosial budayanya, tapi dalam jangka yang lama mereka terikat dalam persamaan visi dalam menciptakan kehidupan yang bermartabat dan sejahtera bersama.
Oleh karena  itu melestarikan culture keaslian yang dimiliki hal yang penting khususnya  masyarakat sasak perlu menjaga melestarikan culture kesasakannya agar tidak tergoyah dengan adanya budaya baru yang masuk karena hal itu merupakan tantangan bersama dan mencari solusi bersama demi melestarikan kearifan local masyaraka sasak.



Daftar Rujukan

Rabu, 30 Maret 2016

GURU SEBAGAI AKTOR DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER



Sekolah adalah tempat terjadinya proses pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Sebagai pendidik, pengajar dan pelatih guru diharapkan mampu membina anak didik  menjadi manusia seutuhnya. Manusia menjadi manusia seutuhnya apabila dimanusiakan dengan cara ­­cara manusia. Ungkapan ini diharapkan mampu membantu para guru untuk melatih, mengajar anak didik dengan cara terdidik. Sekolah adalah tempat yang tepat untuk menguwujudkan semua itu. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang di senangi anak didik untuk menyalurkan seluruh minat, bakat dan kemampuannya.
Tapi banyak siswa yang mengeluh kesah dan merasa bosan dengan situasi disekolah sehingga memunculkan sikap dan tindakan yang tidak sesuai dengan Nilai-nilai pancasila hal ini yang menjadi probel bagi pendidikan bagaimana menumbuhkan sikap dan tindakan siswa serta mengarahkannya,yang menjadi permasalahan sudahkah  Guru berperan penting  sebagai  Aktor dalam meningkatkan disiplin dalam mencapai pendidikan yang berkarakter dengan kita melihat sikap dan siswa berprilaku  tidak sesuai dengan apa yang diajarkan

Berkaitan dengan Guru sebagai Aktor meningkatkan sikap disiplin untuk mencapai pendidikan yang berkarakter sangatlah berperan penting karena Guru merupakan orang tua siswa ketika siswa berada disekolah dan apa yang diajarkan oleh Guru maka tentu siswa akan mengikutinya akan tetapi kita melihat realitanya banyak factor yang mempengaruhi sikap dan tindakan siswa baik dari factor internal siswa maupun eksternal siswa sehingga kerap kita dengar banyak siswa yang terjerumus pada sex maupun pergaulan bebas  hal inilah bagaimana Guru sebagai actor dalam  Mendisplinkan siswa merupakan  tindakan merubah kebiasaan lama yang lebih baik. Hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah tetapi membutuhkan kerja keras. Sulit berarti bukanlah berarti tidak bisa dirubah melainkan harus berani untuk memulai menjadi kebiasaan baik.


Memulai kebiasaan baik harus dibarengi dengan niat baik dan kuat supaya menghasilkan hasil yang lebih maksimal untuk mndisiplinkan siswanya guru harus memulai dari mendisiplinkan dirinya terdahulu sehingga dapat mengajarkan siswanya dalam disiplin hal ini bukan tanggungjawab terletak pada gurunya saja tapi bagaimana ada kaloborasi atau kerjasama bersama antara guru dan siswa untuk meningkatkan kedisiplinan siswa  dalam mencapai pendidikan berkarakter dengan kerjasama ini terjalinnya suatu komuikasi antara siswa dan guru sebagai contoh teladan generasi mendatang
Dengan ini Guru sebagai actor dalam meningkatkan kedisiplinan siswa sangat berperan penting bagaiamana adanya terjalin kerjasama antara guru dan siswa sehingga memudahkan guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dan lebih mudah mengetahui apa yang melatarbelakangi siswa tidak disiplin melalui terjalinnya komunikasi antara guru dan siswa.


Daftar Rujukan